DANU ADY SETYAWAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa sansekerta; akar kata hs-,
dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau
instruksi. Akhiran –tra bisa
menunjukan alat atau sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran (A. Teeuw, 1984).[1]
Karya sastra adalah hasil cipta karya manusia yang
berupa fiksi yang di dalamnya terdapat pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis, baik yang memang merupakan karangan atau kisah pengalaman hidup
penulis. Puisi berasal dari bahasa Yunani “poiesis” yang berarti penciptaan.
Puisi merupakan sebuah ekspresi yang mampu membangkitkan perasaan, merangsang
imajinasi panca indra. Dalam menulis sajak-sajak puisi, seorang penyair pasti
mempunyai ciri khas yang berbeda dibandingkan penyair-penyair lain. Baik dalam
memainkan metafora, tanda, simbol, bahkan dalam pemenggalan kata.
Untuk memahami isi sebuah syair tentulah sulit,
bahkan dalam beberapa syair yang ditulis seorang menjadi sangat sulit kita
pahami. Bisa dimaklumi, karena yang ditulis seorang mungkin bukanlah syair,
melainkan kedalaman hidup. Baik dalam hubungan sosial penulis, maupun hubungan
penulis dengan sang pencipta.
Maka dari itu, untuk memahami suatu karya sastra
berupa syair lagu maupun puisi, perlulah kita melakukan suatu analisis
terhadapnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisis sebuah
puisi adalah teori hermeneutika. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba memahami
suatu syair yang dibawakan oleh “letto”, satu band asal jogja yang berjudul
“SANDARAN HATI”, melalui teori hermeneutika Paul Recoeur.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
metafora dalam syair “Sandaran Hati”?
2. Bagaimana
simbol dalam syair “Sandaran Hati”?
3. Bagaimana
konsep dalam syair “Sandaran Hati”?
C. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut diatas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui
dan memahami metafora yang terkandung dalam syair “Sandaran Hati”?
2. Mencari
dan memahami simbol yang terkandung dalam syair “Sandaran Hati”?
3. Memahami
konsep yang terkandung dalam syair “Sandaran Hati”?
D. LANDASAN
TEORI
1. TEORI
HERMENEUTIKA
Hermeneutik
adalah kata yang sering terdengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan
sastra.Hermeneutik baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi
protestan eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus”
dari isu-isu teologis sekarang.
Akar
kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, yang
berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”,. Penjelasan
dua kata ini, dan tiga bentuk dasar makna dalam pemakaian aslinya, membuka
wawasan pada karakter dasar interpretasi dalam teologi dan sastra, dan dalam
konteks sekarang ia menjadi keywords untuk memahami hermeneutika modern.
“Semenjak
seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara
hanya merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik adalah bagian dari seni
berfikir itu, dan oleh karenanya bersifat filosofis” (Scheleiermacher, 1977:97
via E.Sumarno).
Yang
dimaksud oleh Scheleimacher adalah bahwa ada jurang pemisah antara berbicara
atau berfikir yang sifatnya internal dengan ucapan yang aktual.Kita harus mampu
mengadaptasi buah pikiran kedalam kekhasan lagak ragam dan tata bahasa. Dalam
setiap kalimat yang diucapkan, terdapat dua momen pemahaman, yaitu apa yang
dikatakan dalam konteks bahasa dan apa yang dipikirkan oleh pembicara. Setiap
pembicara memiliki waktu dan tempat, dan bahasa dimodifikasi menurut kedua hal
tersebut. Menurut Scheleimacher pemahaman hanya terdapat didalam kedua momen
yang saling berpautan satu sama lain itu. Baik bahasa maupun pembicaranya harus
dipahami sebagaimana seharusnya.
Sedangkan
Paul Recour mendefinisikan hermeneutik sebagai berikut: “Hermeneutik adalah
teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks”.
Berbeda
dengan Scheleiermacher yang meletakan hermeneutika pada bahasa dan berbicara,
Paul Ricoeur memeperluas definisinya dengan menambahkan “perhatian kepada
teks”.Ricoeur, menjelaskan bahwa teks adalah seitiap diskursus yang dibakukan
lewat tulisan.Apa yang dibakukan oleh tulisan adalah wacana yang dapat
diucapkan, tetapi wacana ditulis karena tidak diucapkan.(Ricoeur 1981)[2]
Teks
sebagai penghubung bahasa isyarat dan symbol-simbol dapat membatasi ruang
lingkup hermeneutika karena budaya oral (ucapan) dapat dipersempit.
Hermeneutika pada hal ini hanya akan berhubungan dengan kata-kata yang
diucapkan. Recoeur menegaskan bahwa definisi yang tidak terlalu luas justru
memiliki intensitas.
Dari
pendapat dua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa hermeneutika adalah studi
tentang peranan bahasa dalam komunikasi dan proses-proses berfikir, serta
khususnya dalam persoalan yang menyangkut bagaimana mengidentifikasi, memahami
atai meyakini bahwa makna muncul pada saat bahasa dipergunakan, baik secara
lisan maupun tulisan.
2. TEORI
METAFORA
Metafora,
kata Monroe adalah “puisi dalam miniatur”.Metafora menghubungkan makna harfiah
dengan makna figuratif dalam karya sastra.Dalam hal ini, karya sastra merupakan
karya wacana yang menyatukan makna eksplisit dan implisit.Di dalam tradisi
positivisme logis, perbedaan makna antara bahasa kognitif dan emotif, yang
kemudian dialihkan menjadi perbedaan menjadi vokabuler denotasi dan
konotasi.Denotasi dianggap sebagai makna kognitif yang merupakan tatanan
semantik, sedangkan konotasi adalah ekstra-semantik.Konotasi terdiri atas
seruan-seruan emotif yang terjadi serentak yang nilai kognitifnya
dangkal.Dengan demikian, arti figurative suatu teks harus dilihat sebagai
hilangnya makna kognitif apapun.Karya sastra dibuka oleh saling berpengaruhnya
makna-makna ini, yang memusatkan analisisnya pada desain herbal, yaitu karya
wacana yang menghasilkan ambiguitas semantik yang mencirikan suatu karya
sastra.Karya wacana inilah yang dapat dilihat dalam miniatur dalam metafora
(Ricoeur).[3]
Dalam
retorika tradisional, metorika digolongkan sebagai majas yang mengelompokkan
variasi-variasi dalam makna ke dalam pengalaman kata-kata, atau lebih tepatnya
proses denominasi. Tujuan majas adalah mengisi tempat kosong semantik dalam
kode leksikal atau menghiasi wacana dan membuatnya lebih menyenangkan. Oleh
karena itu, metafora memiliki ide lebih banyak dari kata untuk mengungkapkan
kata itu, metafora akan meregangkan makna kata-kata yang dimiliki melampaui
pemakaian biasanya (Ricoeur).[4]
Retorika
klasik sebagai majas metafora dipandang sebagai substitusi sederhana dari kata
satu untuk kata yang lain. Metafora klasik hanya mencakup satu ‘bagian’ dari
apa yang disebut Aristoteles dengan diksi, yaitu salah satu dari sekumpulan
prosedur diskursif, penggunaan kata-kata yang tidak lazim, menciptakan
kata-kata baru, mempersingkat atau memperpanjang kata-kata, yang semua
menyimpang dari penggunaan kata-kata secara umum (Ricoeur, 1981: 179via Heru
Kurniawan). Konsep metafora klasik di atas, oleh Ricoeur (1976: 61 via Heru
Kurniawan) disebut dengan metafora mati (death metaphor). Metafora secara
kreatif terjadi karena pesan paling sederhana yang disampaikan melalui bahasa
yang alami harus ditafsirkan, karena semua kata memiliki arti lebih dari satu
(polisemi) dan baru mendapatkan aktualnya jika dikaitkan dengan konteks, dan
audien yang ada, dan bukan dengan latar belakang situasi (Ricoeur, 1977: 125
via Heru Kurniawan). Metafora hidup atau inventif merupakan inovasi semantik
yang bagian arti dari tatanan predikatif (kesesuaian baru) sekaligus tatanan
(penyimpangan paradigmatis) (Ricoeur, 1977: 156-157 via Heru Kurniawan).
Dengan
demikian, konsep metafora menurut Paul Ricoeur dapat disimpulkan; (1) metafora
terjadi pada wilayah interpretasi dalam satu proposisi yang ditandai oleh unsur
predikasi.Metafora merupakan ketegangan (tension) pada dua dunia (kata) yang
berbeda (difference) karena adanya keserupaan (resemblance) yang ditandai oleh
kehadiran predikasi-universal.Hal ini mengakibatkan ketegangan dalam metafora
sesungguhnya tidak dapat diparafrasekan, artinya, kalaupun bisa, parafrase semacam
ini tidak terbatas dan tidak mampu menjelaskan makna inivatifnya atau makna
tambah (surplus meaning); (2) metafora bukanlah hiasan wacana.Metafora memiliki
lebih dari hanya nilai emotif karena metafora memberi informasi baru.Metafora
hakikatnya menceritakan realitas baru yang dikonstruksi oleh wacana.[5]
3. TEORI
SIMBOL
Kata
“simbol” yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti “menghubungkan atau
menggabungkan” .symbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah
simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang
mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai
simbol adalah arti gandanya atau intensionalitas arti gandanya.
Ricouer
merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer,
harfiah, yang menunjukkan arti lain yang bersifat tidak langsung sekunder,
figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama Ricouer
mendefinisikan simbol sebagai struktur penandaan yang di dalamnya ada sebuah
makna langsung, pokok atau literer menunjuk kepada makna tambahan, makna lain
yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui
yang pertama.
Simbolisasi
adalah figurasi analogis, dan dapat disamakan dengan metafora, yaitu mengganti
sebuah ujaran dengan penanda yang lain, bukan dengan penanda terdekat seperti
dalam metonimi, tetapi dengan penenda yang mempunyai kemiripan dengan penanda
yang lain, bukan dengan penanda yang mempunyai kemiripan dengan penanda yang
pertama.Tentu saja di sini antara bahasa mimpi dengan bahasa sastra menemukam
perbedaan, dalam bahasa mimpi berupa mekanisme tak sadar, sedangkan dalam
bahasa sastra berupa tindakan sadar.“Setiap kata adalah Simbol”, demikian
ditegaskan Paul Ricoeur (via Sumayono).[6]
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Syair
Sandaran Hati
Yakinkah ku berdiri
Di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku
Mendengarmu
Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
Merindukanmu
Terpuruk ku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani
Dalam hidupku
Kesendirianku
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandatan hati
Kaulah sandaran hati
Inikah yang kau mau
Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirmu
Dalam gelapnya
Malam hariku
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandatan hati
Kaulah sandaran hati
Sandaran hati
B. Metafora
dalam syair “Sandaran Hati”
Judul “sandaran hati” pada syair diatas merujuk pada
suatu benda atau dzat lebih tepatnya. Dzat yang mampu menopang hati untuk tetap
berdiri tegak. Maksudnya, hati membutuhkan sandaran agar tetap teguh, tegar dan
yakin dalam menjalani suatu hal.
Penyair membutuhkan dzat yang mampu menopang hatinya
supaya lebih tegar, teguh dan yakin. Dzat yang mampu menopang hal tersebut
menurut syair diatas adalah “Tuhan”. Jadi maksud sandaran hati disini adalah
“Tuhan”.
BAIT 1
Yakinkah ku berdiri
Di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku
Mendengarmu
Pada bait pertama ini penyair bertanya kepada diri
sendiri, kepada hatinya tepatnya. Bertanya tentang keteguhan atau kesiapan
menjalani kehidupan di dalam ruang hampa, ruang fatamorgana yang bernama dunia
ini. Kenapa penyair menyebut dunia adalah ruang hampa? Dikarenakan bahwa di
dalam kehidupan dunia ini sesungguhnya tidak ada apa-apa, semua hanyalah ilusi
belaka. Penyair menyadari bahwa kekayaan, jabatan, kekuasaan dan lain
sebagainya adalah ilusi penghias dunia, tak ada yang perlu diperjuangkan
mati-matian. Yang semua itu bila dituruti terus menerus tidak akan ada
habisnya, digambarkan dalam lirik “tanpa tepi”. Selanjutnya, penyair meminta
petunjuk atau arahan kepada tuhan untuk meyakinkan dirinya.
BAIT 2
Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
Merindukanmu
Pada bait kedua ini penyair menyatakan dirinya masih
dalam keraguan bahkan ketakutan menjalani kehidupan didunia ini. Penyair takut
terbawa nafsu untuk mencari hal-hal yang bersifat duniawi. Seperti yang
tergambar dalam bait pertama diantaranya jabatan, kekuasaan, kekayaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dia tidak mampu mengelak dari hal tersebut, dia tak mampu
bersembunyi dari hal tersebut. Maka dirinya sangat membutuhkan bimbingan dari
tuhan. Berharap tuhan selalu berada didekatnya untuk menuntunnya..
BAIT 3
Terpuruk ku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani
Dalam hidupku
Kesendirianku
Bait ketiga ini mengatakan bahwa, “ku” (penyair)
berada dalam kesepian, kesendirian di dalam hidupnya. Dikarenakan semua orang
hanya sibuk mencari nikmat duniawi, dan dirinya mengucilkan diri dari hal
tersebut. Si penyair mengambil jarak dari nikmat duniawi sedang kebanyakan
orang mengejar nikmat dunia tersebut. Akan tetapi penyair sangat sadar bahwa
dalam kesendiriannya selalu ada tuhan yang tetap menemani.
BAIT 4
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Dalam bait ke empat ini penyair
teringat pada janji tuhan yang mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini
hanyalah sementara, bahkan hanya sekejap saja. Hanya berhenti sejenak untuk
minum. Dalam bahasa jawa ming mampir
ngombe. Maka lakukanlah dengan tekat yang bulat, dengan kuat, dan dengan
sungguh-sungguh.
BAIT 5
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandatan hati
Kaulah sandaran hati
Bait kelima ini menggambarkan bahwa
tuhanlah yang maha membolak-balikan hidup. Kadang siang kadang malam, kadang di
atas kadang dibawah, kadang senang kadang sedih, kadang susah kadang mudah, dan
lain sebagainya. Maka ketika “aku” (penyair) dalam keadaan sedih itu bukanlah
masalah. Karena “aku” tahu, inilah dialektika hidup. Dan ini akan ku lalui
dengan mudah karena “aku” bersandar
kepadaNya.
BAIT 6
Inikah yang kau mau
Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
Masuk bait keenam, meskipun dalam
baris satu dan dua menggunakan kata tanya, tapi sebenarnya itu adalah pengakuan
bahwa kehendak tuhan bermain didalam hidup ini. Tuhan juga telah memberikan
jalan kepada manusia untuk menujuNya. Akan tetapi sang penyair mendapat
kebingungan atas apa yang di tempuhnya, sehingga bertanya “benarkah ini jalan mu?” . Meskipun dalam kebingungan penyair tetap
fokus akan tujuan hidupnya, yaitu tuhan.
BAIT 7
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirmu
Dalam gelapnya
Malam hariku
Dalam bait ketujuh ini, penyair
meminta bimbingan juga pertolongan kapada tuhan dalam menjalani kehidupan di
dunia ini. Sebab tanpa bimbingan dan juga pertolongan dari tuhan, seseorang
akan tersesat dalam menjalani kehidupan ini. Jadikanlah tuhan sebagai penolong
dalam kesusahan, kesedihan, dan ketersesatan dunia ini. Tetap berpegang kepada
petunjuknya dalam kitab suci, maka seseorang tidak akan mengalami ketersesatan.
BAIT 8
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Bait
ini sama dengan bait ke empat yang berisi, janji tuhan yang mengatakan bahwa
manusia hidup di dunia ini hanyalah sementara, bahkan hanya sekejap saja. Hanya
berhenti sejenak untuk minum. Dalam bahasa jawa ming mampir ngombe. Maka lakukanlah dengan tekat yang bulat, dengan
kuat, dan dengan sungguh-sungguh.
BAIT 9
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandatan hati
Kaulah sandaran hati
Sandaran hati
Bait ini juga sama dengan bait ke
lima yang berisi, tuhanlah yang maha membolak-balikan hidup. Kadang siang
kadang malam, kadang di atas kadang dibawah, kadang senang kadang sedih, kadang
susah kadang mudah, dan lain sebagainya. Maka ketika “aku” (penyair) dalam
keadaan sedih itu bukanlah masalah. Karena “aku” tahu, inilah dialektika hidup.
Dan ini akan ku lalui dengan mudah
karena “aku” bersandar kepadaNya.
C. Analisis
Simbol dalam Syair “Sandaran Hati”
1. Berdiri
Kata
ini muncul pada bait satu, empat, dan tujuh (1,4,7). Dalam kalimat “Yakinkah ku berdiri”,
kata berdiri dalam kalimat ini berarti hidup di dunia. Berdiri mempunyai
makna menjalani kehidupan di muka bumi ini. Dapat kita lihat dalam kalimat “Hanya sekejap ku berdiri”, bermakna
bahwa hanya sebentar ku menjalani hidup di dunia ini.
2. Hampa
Kata
ini muncul pada bait pertama. Dalam kalimat “Di hampa tanpa tepi”, bermakna
kehidupan dunia yang terlihat gemerlap ini sebenarnya hanyalah ilusi belaka.
Maka digambarkan dengan kata hampa.
3. Tanpa
tepi
Kata
ini muncul pada bait pertama. Dalam kalimat “Di hampa tanpa tepi”, bermakna
tidak ada habisnya. Seperti contoh: nafsu
tanpa tepi, bermakna jika kita menuruti nafsu kita maka tidak aka nada
habisnya.
4. Terkubur
Kata
ini muncul pada bait kedua. Dalam kalimat “terkubur dalam emosi”, bermakna apa yang
dirasakan oleh seseorang secara mendalam.
5. Sepi
Kata
sepi muncul pada bait ketiga. Dalam kalimat “teraniaya sepi”, dapat diartikan keadaan yang tanpa
orang lain. Dalam syair ini “sepi” berarti bahwa penyair tidak mempunyai teman
yang berujuan sama seperti dirinya dalam menjalani hidup ini. Sehingga beliau
merasakan sendiri.
6. Arah
Muncul
pada bait ketujuh. Dalam kalimat “aku
hilang arah”, berarti tujuan. Tujuan
hidup seseorang.
7. Siang
dan Malam
Muncul
pada bait kelima dan Sembilan. Dalam kalimat “siang dan malam yang berganti”. Siang
dapat diartikan keadaan baik seseorang (senang, bahagia, gembira) karena suatu
hal. Sedangkan malam dapat diartikan keadaan buruk seseorang (sedih, susah,
menangis, dll) karena suatu hal.
D. Konsep
Mistisme Sandaran Hati dalam Sajak “Sandaran Hati”
Sandaran berasal dari kata sandar, dalam kata
kerjanya bersandar. Dapat diartikan dengan keadaan suatu hal yang membutuhkan
hal lain untuk tetap berdiri. Semisal, suatu barang membutuhkan barang lain
untuk berdiri. Sepeda membutuhkan dinding untuk bersandar supaya tidak ambruk.
Sedangkan hati dapat dimaknai dengan letak cinta, keteguhan, keyakinan, iman,
dan lain sebagainya, yang terdapat dalam diri seseorang.
Jadi sandaran hati adalah, suatu dzat yang
dibutuhkan hati sebagai peneguh iman, cinta, keyakinan serta rasa lain yang
dapat dirasakan oleh hati, supaya hati tetap berdiri tegap, tetap teguh dan tak
gampang goyah. Dzat ini dapat menjadi penguat hati seseorang supaya tetap dalam
keteguhan iman. Yang dimaksud sandaran hati pada syair ini adalah “TUHAN”.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan:
Dalam sajak “SANDARAN HATI” ini menceritakan tentang
seseorang yang tidak yakin bahkan takut menjalani kehidupan didunia. Dia
khawatir dan kurang yakin atas kemampuan dirinya menolak rayuan gemerlapnya
dunia ini. Dia bahkan takut tersesat, terbawa nafsu untuk memiliki kenikmatan
dunia yang bersifat sementara ini. Yang bila dituruti tidak akan ada habisnya.
Maka dia memilih untuk mengucilkan diri dari
kenikmatan dunia dengan cara selalu mendekatkan diri dengan tuhan. Tapi dia
tetap merasa tidak kuat menjalani itu semua, karena orang-orang disekitarnya
semua berlomba mendapatkan kenikmatan dunia tersebut. Dia hanya sendiri
kesepian mengambil jarak dari materi.
Suatu saat dia teringat pada janji tuhan bahwa
kehidupan di dunia ini hanya sebentar. Maka dia memperbaharui tekadnya menjadi
lebih kuat. Sebab senang sedih didunia ini hanyanlah sebentar. Apa lagi selama
berpegangan dengan tuhan semua pasti terasa ringan. Dengan tekad yang baru dia
akan bersungguh-sungguh menjalani hidup ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Arif. 2015. Aplikasi Teori Hermeneutika dan Wacana
Kritis. Purwokerto: Kaldera
Kurniawan, Heru. 2013. Mistisme Cahaya. Purwokerto: Kaldera
Palmer, Richard E.
2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenai
Interpretasi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Ricoeur, Paul. 2006. Hermeneutika Ilmu Sisial. Yogyakarta:
Kreasi Wacana
Sumaryono, E. 1999.Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius
Teeuw, A. 1984, Sastra dan Ilmu Sastra, Bandung: Pustaka
Jaya
[1] A.
Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Bandung:
Pustaka Jaya, 1984), hlm. 20.
[2]
Paul Ricoeur, Hermeneutika Ilmu Sosial(Bantul:
Kreasi Wacana, 2006), hlm. 196. (terjemahan dari buku, “Hermeneutics and the human sciences”, Paul Ricoeur).
[3]
Heru kurniawan, Mistisme Cahaya,
(Purwokerto: Kaldera, 2013), hlm 22.
[4]Ibid., hlm. 23.
[5] Heru kurniawan, Mistisme Cahaya, (Purwokerto: Kaldera, 2013), hlm.26.
[6]
Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah Ilmu
Filsafat(Sleman: PT. Kanisius, 1999), hlm. 105.
Do this hack to drop 2lb of fat in 8 hours
BalasHapusMore than 160,000 men and women are utilizing a easy and secret "liquid hack" to burn 1-2lbs each night as they sleep.
It's effective and works on everybody.
Here's how to do it yourself:
1) Hold a drinking glass and fill it with water half glass
2) Now use this strange hack
and you'll become 1-2lbs thinner as soon as tomorrow!